Sekolah Seharusnya Aman, Tapi Kenapa Bullying Masih Merajalela?

Di tengah semangat pendidikan inklusif dan ramah anak, fakta di lapangan justru menunjukkan hal yang mengkhawatirkan. Bullying atau perundungan masih menjadi momok di banyak sekolah di Indonesia.

Fakta Terkini yang Menggugah

  • Menurut Kompas.com, 34,51% peserta didik di Indonesia berpotensi mengalami kekerasan seksual, dan 24,4% berisiko mengalami perundungan di satuan pendidikan dalam satu tahun.
  • Data dari IDN Times mencatat 2.621 laporan bullying sepanjang tahun 2025, dengan 620 kasus terjadi di lingkungan pendidikan kedokteran.
  • Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkapkan bahwa 43% pelaku bullying adalah guru, bukan hanya sesama siswa.

Ironisnya, banyak korban memilih diam karena takut, malu, atau merasa tidak akan didengar. Padahal, dampak bullying bisa sangat dalam—mulai dari gangguan psikologis, penurunan prestasi, hingga trauma jangka panjang.

Anak Butuh Ruang Aman untuk Tumbuh
Setiap anak berhak merasa aman, dihargai, dan didukung dalam proses belajarnya. Ketika sekolah gagal menyediakan ruang tersebut, kita perlu bertanya: apakah sistem pendidikan kita sudah cukup adaptif terhadap kebutuhan emosional anak?

Alternatif yang Lebih Manusiawi: Homeschooling Tridaya
Di Homeschooling Tridaya, kami percaya bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai, tapi juga tentang rasa aman dan penghargaan terhadap keunikan tiap anak.

  • Dengan pendekatan 1 guru : 1 siswa, anak belajar tanpa tekanan sosial yang berlebihan.
  • Kami menyediakan konseling psikologis, jurnal harian, dan ruang refleksi agar anak bisa tumbuh secara akademik dan emosional.
  • Program kami fleksibel, bisa offline di rumah atau unit Tridaya, maupun online, sesuai kenyamanan anak dan keluarga.

Kami tidak hanya mengajar, tapi juga menjaga dan mendampingi. Karena setiap anak layak belajar tanpa rasa takut.

Ketika Sekolah Tak Lagi Aman: Saatnya Kita Bicara Serius Tentang Bullying
Setiap tahun, ribuan anak Indonesia mengalami bullying di sekolah. Bukan hanya ejekan ringan, tapi kekerasan fisik, pelecehan verbal, bahkan ancaman psikologis yang membekas seumur hidup.

Kasus-Kasus yang Mengguncang Hati

  • Donggala, Sulawesi Tengah (2025): Tiga siswi MTs melakukan perundungan brutal terhadap teman sekelasnya. Korban dijambak, diseret, dan dilecehkan di dalam kelas. Video kejadian viral, dan pelaku akhirnya dikeluarkan dari sekolah.
  • Blitar, Jawa Timur (2025): Seorang siswa SMP dikeroyok oleh 20 kakak kelas saat MPLS. Ia mengalami trauma mendalam dan sempat diancam agar tidak melapor.
  • Indragiri Hulu, Riau (2025): Seorang anak kelas II SD meninggal dunia setelah diduga mengalami bullying karena perbedaan agama dan suku.

Setiap kasus ini bukan hanya tragedi personal, tapi juga cerminan dari sistem pendidikan yang belum mampu menjamin rasa aman dan penghargaan terhadap keberagaman anak.

Kenapa Ini Terjadi?
Menurut pengamat pendidikan Darmaningtyas, banyak sekolah belum memiliki sistem perlindungan yang kuat. Komitmen anti-kekerasan sering kali hanya formalitas, tanpa mekanisme penegakan yang jelas. Sementara itu, tekanan akademik dan minimnya pendidikan karakter membuat anak-anak yang berbeda justru menjadi sasaran.

Homeschooling: Ruang Belajar yang Lebih Aman dan Personal
Homeschooling bukan sekadar belajar di rumah. Di Tridaya, kami merancang sistem yang menjawab langsung tantangan bullying:

  • Pendekatan Individu (1 guru : 1 siswa): Anak belajar tanpa tekanan sosial, tanpa rasa takut akan penilaian atau ejekan.
  • Lingkungan yang terpantau dan suportif: Belajar bisa dilakukan di rumah, unit Tridaya, atau online—dengan kontrol penuh dari orang tua dan pendamping.
  • Pendampingan psikologis dan jurnal harian: Anak diajak mengenali emosi, refleksi diri, dan membangun kepercayaan diri.
  • Program komunitas yang aman: Jika anak ingin bersosialisasi, kami sediakan kelas komunitas dengan pengawasan ketat dan nilai-nilai inklusif.

Kami percaya bahwa pendidikan harus dimulai dari rasa aman. Karena anak yang merasa aman adalah anak yang bisa belajar, tumbuh, dan bermimpi.

Artikel Lainnya